Minggu, 18 Juli 2010

TENTANG SANGGAR MERAH PUTIH MAKASSAR

fropil sanggar merahputih makassar

Sanggar Merah Putih Makassar (SMPM) adalah komunitas kesenian yang mengambil peran sebagai media transformasi nilai sosial dan kebudayaan dalam arus perubahan masyarakat. Sejak didirikan pada 20 Mei 1978, Sanggar Merah Putih Makassar telah aktif melakukan kerja-kerja kesenian dan kebudayaan.

Telah cukup banyak karya seni yang dihasilkan oleh Sanggar Merah Putih Makassar sebagai wujud kepeduliannya terhadap pengembangan kesenian dan kebudayaan. Karya-karya seni tersebut pada umumnya berangkat dari fenomena-fenomena sosial kemasyarakatan, sebab juga dipahami bahwa kesenian memiliki tanggungjawab untuk menggugah kesadaran positif masyarakat.
Dengan tujuan pengembangan kapasitas anggotanya, Sanggar Merah Putih Makassar secara rutin melakukan proses kreatifitas. Sanggar Merah Putih Makassar juga melakukan proses rekruitmen anggota melalui Latihan Dasar Kesenian (Latar Seni). Proses ini juga dimaksudkan untuk melahirkan aktivis-aktivis kesenian yang berkapasitas baik.

Sanggar Merah Putih Makassar membuka diri untuk menjalin kerjasama dengan multipihak sebagai upaya untuk terus tumbuh dan berbagi.

Visi dan Misi

Visi : Pusat Pengembangan Kesenian Dan Kebudayaan

Misi :

1. Melakukan kerja-kerja kesenian dan kebudayaan sebagai komitmen kolektif sumberdaya SMPM dalam menyempurnakan tatanan kehidupan bersama.
2. Sebagai komunitas kesenian yang peduli terhadap fenomena-fenomena sosial kemasyarakatan
3. Sebagai komunitas kesenian yang mandiri dalam proses mengaktualisasikan potensi sumber daya kreatifitas anggota
4. Mewujudkan kerja-kerja kesenian dan kebudayaan sebagai media transformasi nilai sosial dan kebudayaan

Alamat :
Kompleks Gedung Kesenian Societeit de Harmonie
Jl. Ribura'ne No.15 Makassar
Blog Web : merahputih1978.blog.com
email : merahputih1978@yahoo.co.id This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view i


Penyair dan teaterawan muda berambut gondrong kelahiran Bulukumba, 5 November 1984, Arie M. Dirgantara kembali menjadi tamu dalam program sastra dan budaya "Ekspresi" di RCA 102, 5 FM, edisi hari ini, Minggu 25 Oktober. Tidak kurang dari lima bongkah puisi dia bacakan secara ekspresif di studio RCA setelah saya interview beberapa menit untuk menguliti pikiran-pikiran liarnya yang paling anyar. Arie juga suka memakai nama samaran "Sang Kelam" dan telah menulis puisi sejak mengenal aksara di masa kecil. Arie adalah adik kandung dari cerpenis Anis K. Al Asyari.

Saya melihat Arie masih sebagai salah satu benteng terkokoh dalam gerakan Bulukumba Kota Penyair di mana dia menjadi salah seorang deklarator pada Maret 2009. Sampai hari ini tetap giat menggeliat di berbagai organisasi dan komunitas seni. Rajin melata di panggung-panggung teater melalui Sanggar Merah Putih Makassar. Pendiri Komunitas Mahasiswa dan Pemuda Kreatif (Kompak) Batukaropa Bulukumba. Berlompatan dengan energik kesana kemari melalui Selatan-Selatan Institut dan P31 Cultural Insitute bersama penyair Andhika Mapasomba. Kini masih menjabat ketua umum Komunitas Rumpun Seni Budaya Kanre Ana' (organisasi penggemar acara-acara seni di RCA).
Membaca puisi-puisinya adalah seolah sedang membaca metafora tentang sunyi-sunyi yang dia rekam bersama jejak-jejak yang seringkali tak terendus oleh angin. Dia mengendusnya dengan caranya sendiri. Sangat khas. Di bawah ini salah satu puisinya yang diberi judul cukup sederhana. Tapi isinya mungkin tak dapat diendus oleh siapapun termasuk angin. Judul-judul puisinya kadang "menipu" bagi penikmat puisi polos.
Puisi Buat Sang Terkasih

aku bersamamu, hampir setiap waktu ini kita lewatkan
membelai angin, menidurkan kerinduan kita
semestinya, memang cinta adalah keinginan
keinginan atas semua yang sedang berlaku antara kau aku dan semesta
mencintaimu, bukan berarti menjadikan kau adalah pilihan
atau menjadikanmu hak atasku dan bagian dalam kisahku
tapi mencintaimu adalah kesetaraan istimewa terhadap penalaran hidup
saling berbagi, membelai dan mengecup kening

sebab aku tahu setelah mencintaimu akan ada luka
luka yang menjadikan semuanya indah

aku tuliskan puisi ini buatmu
saat-saat hatiku seperti sangat kecil
dan kau memilikinya utuh.

sang kelam cendana 2009
Cukup rindang di bawah terik matahari. Saya selalu membacanya seperti itu. Setiap kali mendengarkan Arie di bawah angin dan kemarau.
Posted on Minggu, Oktober 25, 2009 by Ivan Kavalera and filed under , | 24 Comments »
 
PRof mengatakan... @ Rabu, Oktober 28, 2009
Berkali-kali baca puisi ini, sebaris kalimat yangmengena di hati... : "saat-saat hatiku seperti sangat kecil dan kau memilikinya utuh."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar